Seperti ikan yang berenang dilautan lepas, ikan tidak pernah benar-benar tau apa itu lautan. Sama seperti kita dalam memahami apa itu realita. Kebanyakan dari kita merasa memahami tentang apa itu realita, sedangkan tidak semua benar-benar dapat menjawab apa itu realita, bahkan para ilmuwan sekalipun. Paling tidak, ada sedikit remahan-remahan pengetahuan tentang apa itu realita yang telah dirangkum oleh para ilmuwan dan filsuf selama berabad-abad.

Sebagai seorang magician, saya sering bergelut dengan ilusi-ilusi setiap hari. Bagaimana cara untuk membengkokkan persepsi demi melahirkan pertunjukan-pertunjukan ilusi terbaik untuk menghadirkan emosi kesetiap pikiran penonton. Dan, karena hidup di Indonesia, kerap kali ilusi dan realita, menghadapi pertarungan yang tidak perlu. Sering kali keajaiban yang terjadi di tangan para dukun atau paranormal, dianggap lebih NYATA (real), daripada ketika dimainkan oleh tangan seorang magician.

Terlebih lagi, kata-kata yang sering dilontarkan ibu saya ketika kami dulu selesai liburan sekolah. Beliau selalu berceletuk, ”yeay liburan sudah selesai, sekarang saatnya kembali ke realita.” Dan lucunya, celetukan itu membuat dahi masa kecil saya berkernyit, sambil bicara dalam hati, ”emangnya liburan tadi itu mimpi? Delusi? Bukan realita?” Dan juga, sering ngga sih denger orang bilang kata-kata seperti: dihantam realita, ini realitanya, dan lain-lain?

  • Facebook
  • Twitter
  • Gmail
  • LinkedIn

Apa Itu Realita

Padahal, realita itu adalah apapun yang sedang terjadi ‘saat ini’, di waktu yang ini (present time). Setidaknya, karena kita makhluk 3 dimensi. Dimana waktu masa kini, adalah penjara kita semua sebagai makhluk 3 dimensi.

Dalam pencarian pemahaman tentang eksistensi, konsep realitas menjadi salah satu sudut pandang penting dalam eksplorasi pengetahuan manusia tentang ‘lautan’ yang sedang diselaminya. Apa itu realita, didefinisikan oleh para filsuf, diperdebatkan oleh para ilmuwan, dan dipertimbangkan oleh semua individu sepanjang sejarah manusia. Meski begitu, realitas tetap menjadi fenomena pemahaman yang dalam dan sulit dicapai. Jadi, apa sebenarnya realitas, dan bagaimana hal itu membentuk persepsi dan pengalaman kita?

“Realitas hanyalah ilusi semata, meskipun sebuah ilusi yang bertahan sangat lama.”

– Albert Einstein

Apa Itu Realita Objektif dan Realita Subjektif

Setidaknya, ilmuwan mengkategorikan realitas menjadi 2, yaitu realitas objektif dan realitas subjektif. Pada intinya, realitas mencakup totalitas eksistensi, meliputi segala sesuatu yang dapat diraba, diukur, dan dirasakan, yaitu realitas objektif. Realitas objektif ini mencakup alam semesta fisik, hukum-hukum yang mengaturnya, dan berbagai fenomena yang terjadi didalamnya. Kerap kali, realitas objektif ini tidak akan diperdebatkan lebih lanjut. Jika bentuknya seperti kursi, untuk diduduki, maka itu kursi. Semua bisa melihat, meraba, merasakan, mengukur, dan sebagainya. Akan menjadi perdebatan apabila masuk ke wilayah rasa, seperti: apakah kursi ini nyaman? apakah warnanya bagus? dan hal-hal lainnya yang masuk ke wilayah realitas subjektif.

Karena, jika kita ingin mengetahui apa itu realita yang sebenarnya, maka kita harus paham bahwa realitas itu melampaui ranah material. Yaitu mencakup pengalaman subjektif, emosi, dan pikiran yang membentuk pemahaman kita tentang dunia. Dalam Neuro-Linguistic Programing atau NLP, struktur ini disebut sebagai “Human Model of The World”.

“Tidak ada fakta, (yang ada) hanya interpretasi.”

– Friedrich Nietzsche

Meskipun kerap kali kita sebagai manusia menilai bahwa realitas objektif, seperti uang, benda-benda, dan lain-lain adalah realita yang sesungguhnya. Namun salah satu aspek fundamental dari realitas adalah sifat subjektifnya. Setiap individu menafsirkan realitas melalui lensa unik mereka yang dibentuk oleh pengalaman pribadi, keyakinan, dan bias atau kembangan dari persepsi yang kita proses dalam pikiran kita. Apa yang mungkin tampak nyata bagi satu orang, bisa berbeda secara drastis dari persepsi orang lain. Realitas secara subjektif ini akan mengarah pada interpretasi atau pemaknaan dan pemahaman yang beragam tentang dunia.

TEKNOLOGI MEMBANTU MENJELASKAN APA ITU REALITA

Selain itu, realitas bukanlah sesuatu yang statis, namun dinamis, terus berubah dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan budaya, sosial, dan teknologi. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya, telah memperluas pemahaman kita tentang alam semesta, menantang persepsi yang ada dan mendorong batasan dari apa yang kita anggap sebagai nyata. Seperti baru-baru ini, teleskop James Webb telah berhasil memfoto angkasa secara detail dan para astro-physicist takjub dengan fenomena yang ditampilkan oleh foto dari teleskop James Webb tersebut. Bahwa seolah-olah, foto itu adalah ‘mesin waktu’ yang menjelaskan tentang perkembangan semesta dari awal ‘big-bang’ hingga sekarang.

Serial Netflix tentang James Webb Telescope untuk mencari apa itu realita
  • Facebook
  • Twitter
  • Gmail
  • LinkedIn
James Webb Telescope memotret gambaran tentang permulaan Cosmos secara tajam.
  • Facebook
  • Twitter
  • Gmail
  • LinkedIn

Apa Itu Realita Dalam Teori Kuantum

Dalam ranah Quantum Theory, juga mencoba menjelaskan apa itu realita, yang kemudian malah menemui sebuah fenomena yang berbeda dengan semesta besar (jagad gede). Yaitu ternyata, realitas muncul sebagai fenomena yang dinamis dan pada dasarnya tidak pasti. Seperti, partikel ada dalam keadaan ‘superposition’, yang artinya mereka dapat secara bersamaan mengisi beberapa keadaan hingga ‘pada akhirnya nanti’ akan diamati atau diukur. Ini dipraktikkan dalam percobaan ‘Double Slit Experiment’ yang terkenal itu. Sifat dinamis ini menantang pemahaman klasik kita tentang alam semesta yang ‘deterministic’ atau PASTI, di mana sebab dan akibat menjadi landasan hukumnya.

  • Facebook
  • Twitter
  • Gmail
  • LinkedIn

Sebaliknya, teori kuantum menyarankan realitas di mana probabilitas dan potensialitas memainkan peran inti, di mana partikel dapat ber-teleportasi secara instan melintasi jarak yang besar atau jauh melalui ‘entanglement’ atau perantaraan keterikatan. Dan, itu semua, dipengaruhi juga oleh yang mengamati, sehingga mempengaruhi hasil eksperimen. Ketika Anda melihat video tadi, dijelaskan bahwa partikel yang ditembakkan akan bersifat seperti gelombang (wave), dan akan berubah sekejap menjadi partikel kembali, ketika sang pengamat datang mengamati partikel tersebut. Disinilah ajaibnya dunia kita. Ternyata, apa yang dikatakan Einstein bahwa realita ini hanyalah ilusi, di nyatakan dalam eksperimen kuantum tersebut.

Sehingga, ketika Anda memahami ini, bisa jadi, realitas subjektif kita mempengaruhi realitas objektif, yaitu partikel tadi, sehingga bisa merubah hal-hal yang ada disekitar kita. Namun tentu, kita tidak bisa benar-benar memejamkan mata kita, dan mengatakan bahwa kertas putih HVS yang ada di depan kita akan berubah menjadi tumpukan uang dalam sekejap! Karena aturan atau hukum-hukum yang terjadi antara dunia kuantum dan non-kuantum juga berlaku di semesta kita ini.

Lalu apakah realitas subjektif dalam diri kita, bisa membentuk realitas objektif diluar badan kita seperti ilmu-ilmu manifestasi yang beredar sekarang? Tentu ini akan menjadi pembahasan menarik berbeda dalam portal rhezaelfuego.com ini.

Namun sebelum itu, yang bisa Anda olah dalam pikiran Anda saat ini adalah tentang pertanyaan filosofis tentang realitas itu sendiri. Bagaimana menyelami pertanyaan tentang eksistensi, apa itu realita, kebenaran, dan persepsi kita sebagai manusia. Bagaimana kita memahami dan memaknai tentang realita disekitar kita.

APA ITU REALITA DI ERA DIGITAL

Di era digital, konsep tentang realitas telah mengambil dimensi baru dengan munculnya realitas virtual dari headset-headset virtual seperti Apple Vision Pro, kecerdasan buatan atau AI (aritificial intelegence), dan realitas teraugmentasi (augmented reality). Teknologi-teknologi ini memperdebatkan batasan antara yang nyata dan virtual, menantang konsep-konsep tradisional tentang realitas dan memicu pertanyaan tentang sifat kesadaran dan identitas. Saya membuat rekaman audio podcast di Spotify tentang Apple Vision Pro ini, dimana saya membahas bahwa realita dapat di naikkan (enhance) pengalamannya dengan headset virtual yang sedang viral itu.

Kesimpulan Apa Itu Realita

Sebagai kesimpulan, untuk menjawab apa itu realita, realitas adalah konsep yang kompleks yang sulit untuk didefinisikan dengan mudah, layaknya ikan yang menjelaskan tentang lautan. Saat kita terus menjelajahi kedalaman realitas, kita diingatkan akan keterkatian yang mendalam dari segala sesuatu dan kemungkinan tak terbatas untuk penemuan dan pemahaman.

Atau mungkin, suatu saat, Anda dapat menunjukkan kepada kita semua, bahwa hanya dengan kekuatan pikiran, kita bisa memanifestasi realitas-realitas objektif disekitar kita? Kita masih membutuhkan keajaiban-keajaiban dan eksplorasi tentang kehidupan masih akan terus berjalan sepanjang manusia masih berdiri dan bernafas.

Saya Rheza Elfuego, Keep Awesome dan Keep Magical!

Share This